Bos Sexy Ku Yang Lesbian

Streaming

Streaming

Streaming

Streaming

Streaming

Streaming

Cerita Nafsu Birahi - Sudah hampir pukul 16:00 dan Gatot belum kembali dengan komputer Bu Yenny. Ratna tahu ia tak akan pulang tepat waktu karena ia yang selalu menyusun presentasi Bu Yenny dalam file Powerpoint selama 2 tahun terakhir ini. Bu Yenny sendiri seperti tak mau mempelajari Powerpoint, karena mengetahui sekretaris andalannya menguasai software ini. Dan komputer Bu Yenny juga memilih saat yang tepat untuk rusak, tepat sehari sebelum presentasi, padahal semua data presentasi hanya ada di hard disk komputer itu.

“Hhhh..” Ratna hanya bisa menghela napas, menyadari bahwa ini sudah menjadi tugasnya sebagai sekretaris sang manajer keuangan. Ia membayangkan rencananya malam ini yang kini berantakan. Berendam di air hangat di kamar mandinya sambil menonton VCD erotik yang telah ia sewa sejak 2 hari lalu. Meraba-raba puting payudara dan klitorisnya yang telah lama mendambakan sentuhan. Ia lalu teringat pada Adi yang telah setahun lebih meninggalkannya. Bagaimana hebatnya Adi membuatnya orgasme setiap berhubungan seks. Ternyata Adi lebih memilih bekerja di Ka limantan daripada menikahinya. Untung mereka sama-sama meyakini seks aman dan Adi selalu memakai kondom setiap bercinta dengannya. Jika tidak, ia bisa saja hamil, dan pilihan akan menjadi semakin sulit.

Ratna bukan wanita yang mudah menyerah pada gairah. Selama tak punya pacar, ia hanya 2 kali melakukan masturbasi. Namun malam ini sudah ia rencanakan dengan matang dan memang sudah lama sekali sejak terakhir kali ia melakukan masturbasi. Dering telepon menyentakkan Ratna dari lamunannya.
“Finance, selamat sore,” jawab Ratna secara otomatis.
“Rat.. sorry kamu terpaksa lembur, tapi komputernya baru jadi sekarang sih,” kata Bu Yenny di telepon.
“Uh.. ah.. iya, Bu. Nggak papa, Bu,” jawab Ratna tergagap-gagap.
Ia benar-benar tenggelam dalam lamunannya hingga tak menyadari Gatot lewat di depannya membawa komputer Bu Yenny.
“Ya udah, kamu ke sini aja sekarang,” kata Bu Yenny.

Ratna masuk ke ruangan Bu Yenny, berpapasan dengan Gatot yang baru keluar. “Yuk, kita mulai aja, biar pulangnya nggak terlalu malem,” kata Bu Yenny sambil membuka beberapa file Word dan Excel tempat ia menyimpan datanya. Lalu mereka pun mulai bekerja bersama selama beberapa jam, hingga tampak beberapa karyawan lewat di depan pintu kantor Bu Yenny. Beberapa manajer bahkan menyempatkan diri menyapa, “Mbak Yenny, pulang dulu.”

Jam menunjukkan pukul 18:15 saat Bu Yenny akhirnya berdiri dari sisi Ratna. “Aduuh, AC-nya udah dimatiin deh. Bentar lagi pasti panas banget nih.” Ia melangkah keluar ruangan mendapatkan kantornya telah kosong, tak ada siapa pun lagi di sana. Satpam pun hanya ada di lantai bawah. Ia mengambil dua kaleng Sprite dari kulkas di depan ruangannya, lalu masuk kembali. Setelah meletakkan kedua kaleng itu di meja, ia melepas blazernya dan melemparnya ke atas sofa panjang yang ada di ruangannya. “Minum dulu, Rat. Kamu kan belum istirahat dari tadi,” kata Bu Yenny sambil duduk bersilang kaki di kursi sofa yang lebih kecil.

Ratna mengangkat kepalanya dari layar komputer dan melihat Bu Yenny hanya memakai blus you-can-see dan rok mini. Pada usia hampir 40 tahun, manajer yang dikenal belum pernah menikah ini masih tampak sangat menakjubkan. Dada berukuran 36D menonjol dari balik blus-nya yang tipis itu, sementara perutnya tampak kecil dan sintal. Pahanya menampilkan kulit yang mulus dan bersih walaupun tidak putih, dengan ukuran yang sedang, namun pantatnya jelas berukuran besar, sangat kontras dengan pinggangnya yang kecil itu. Ratna mendapatkan perasaan aneh melihat atasannya yang bertubuh seksi itu, bukan hanya mengagumi, tapi lebih ke arah menyukainya. Ada rasa berdesir dalam hatinya.
“Ayo sini!” Kembali Ratna tersentak karena telah ketahuan Bu Yenny sedang menatap tubuhnya. 

Menutupi rasa malu dan terkejutnya, sekretaris cantik ini segera menyibukkan diri sesaat di komputernya, lalu berdiri menghampiri sofa. Ia mengambil blazer Bu Yenny dan meletakkannya dengan rapi di sandaran kursi sofa kecil yang tak terpakai, lalu ia sendiri duduk di sofa panjang dan meraih minumannya.
“Kenapa? Kamu suka sama badan saya?” tanya Bu Yenny tak peduli pada rasa malu Ratna.
“Uhm, Bu Yenny seksi, ya? Sering aerobik ya, Bu?” kata Ratna dengan telinga agak memerah.
“Iya dong, tapi saya merasa pantat saya masih kegedean nih,” jawab Bu Yenny.
“Enggak, Bu. Segitu bagus, seksi. Saya saja merasa kurang,” kata Ratna sambil melirik pantatnya sendiri.
“Umur kamu berapa, Rat? Udah 30?” tanya Bu Yenny.
“28, Bu,” jawab Ratna singkat.
“Kok belum kawin? Pasti terlalu milih-milih deh. Cewek secantik kamu pasti banyak yang ngejar.”

Wajah Ratna memerah, setengah malu setengah senang pada pujian atasannya itu.
“Yuk, kita terusin lagi,” kata Bu Yenny, “kalo enggak, bisa nggak selesai malem ini.”
Mereka pun melanjutkan pembuatan presentasi dengan serius, hingga Ratna melupakan perasaannya yang aneh tadi. Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 20:35 saat Bu Yenny berdiri merentangkan kedua lengannya dan meregangkan ototnya yang terasa kaku. Dadanya tampak semakin menonjol di samping wajah Ratna, namun Ratna menahan diri untuk tak menengok.
“Ahh.. akhirnya beres juga,” kata Bu Yenny, “Tinggal kamu beresin penampilannya dikit lagi, selesai deh.”
Ia keluar mengambil dua kaleng Sprite lagi, lalu kembali dan kali ini duduk di sofa panjang.
“Sini dulu,Rat. Dikit lagi selesai ‘kan?”
“Tanggung, Bu. Tinggal finishing touch-nya saja. Paling 15 menit lagi,” jawab Ratna.
“Udah, sini dulu. Kamu juga pasti pegel ‘kan?” kata Bu Yenny setengah memaksa.
“Lagian kamu apa nggak panas dari tadi pakai blazer itu terus?”

Ratna yang memang merasa gerah dan pegal, men-save filenya, lalu berdiri menghampiri Bu Yenny di sofa. Ia melepas blazernya. Blus you-can-see yang dipakai Ratna menampilkan lengannya yang putih dan sepasang dada berukuran sedang, menonjol di balik blusnya. Ia lalu duduk di kursi sofa kecil. “Mmm, sini duduk di sebelah saya sini,” kata Bu Yenny sambil menepuk-nepuk sofa di sisi pahanya. Tanpa banyak tanya, Ratna duduk di sisi atasannya sambil meneguk minumannya. Ia tersentak saat merasakan Bu Yenny merapatkan duduknya di sisinya dan lengan Bu Yenny melingkari pundaknya.”Tuh, bener kan, pundak kamu terasa kaku gitu, pasti pegel,” kata Bu Yenny yang ternyata hanya bermaksud memijat pundaknya. Yenny merasa lega dan berkata, “Iya, Bu. Tapi nggak papa kok, nggak usah dipijetin.”

Bu Yenny pindah posisi berlutut di atas sofa, “Kamu duduknya miring sedikit, terus rebahin badan kamu ke badan saya,” katanya tanpa mempedulikan kata-kata Ratna. Mematuhi atasannya, Ratna merasakan pundaknya dipijat dengan lembut, yang ternyata terasa sangat enak dan membuatnya santai. Ratna sangat menikmatinya. Setelah sekitar 3 menit memijat Bu Yenny mengajukan pertanyaan yang agak mengejutkan bagi Ratna.
“Kamu lagi horny ya, Rat?”
“Hhh..” Ratna tergagap tak bisa menjawab.
“Pentil kamu ngaceng,” kata Bu Yenny tanpa basa-basi.

Ratna menatap dadanya. Benar saja, kedua puting dadanya tampak mencuat dari balik blusnya. Tanpa ia sadari, ternyata ia memang tak mampu mengendalikan gairahnya, dan kini ia baru menyadari bahwa remasan Bu Yenny di punggungnya dan parfum lembut Bu Yenny yang begitu dekat dengannya telah membangkitkan gairahnya.

Tanpa jawaban dari Ratna, remasan tangan Bu Yenny terasa semakin lembut, lalu mulai berpindah ke lengan Ratna dengan gerakan membelai. “Kamu mulus sekali, Rat. Putih banget lagi. Coba saya seputih kamu,” kata Bu Yenny sambil terus meraba-raba lengan Ratna. Ratna terdiam tak bisa menjawab, namun ia sangat menikmati belaian Bu Yenny. Bungkamnya Ratna sudah cukup menjadi jawaban bagi Bu Yenny. Tangannya menyelusup ke balik blus Ratna dan meraba-raba dadanya.
“Uhh..” desah Ratna sambil memejamkan matanya.
Ia merasakan getaran hebat dalam tubuhnya dan seketika celana dalamnya terasa basah.
“Bu Yennya..” desah Ratna hampir tak terdengar.
“Ssst..” Bu Yenny meremas dada Ratna dan memilin putingnya dari luar BH-nya.
“Ohh, Bu..” Ratna mencengkeram sofa berusaha tanpa daya mengendalikan gairahnya.

Bu Yenny melepas dada Ratna dan duduk ke sisinya. Tanpa berkata-kata lagi, ia menarik dagu Ratna dan mengecup bibirnya dengan lembut. Ratna menyukai itu. Bu Yenny memahami reaksi Ratna dan mengulum bibir Ratna. Gairahnya semakin terpancing, Ratna membalas ciuman atasannya. Tanpa disangka, Bu Yenny langsung memasukkan lidahnya di antara bibir Ratna. Terkejut karena belum pernah bercinta dengan wanita, Ratna mendapatkan bahwa lidah Bu Yenny yang basah dan lembut memberikan kenikmatan luar biasa saat menjilati lidahnya. 



Ciuman lembut mereka segera berkembang menjadi ciuman bernafsu. Mereka saling menghisap lidah dan bibir, tangan Bu Yenny menarik kepala Ratna seirama dengan gerakan ciuman mereka, sementara tangan Ratna memeluk tubuh Bu Yenny sambil meraba-raba punggungnya dan akhirnya sebelah tangannya pindah ke depan untuk meremas-remas dada Bu Yenny yang besar dan merangsang, sementara tangan satunya meremas-remas pantatnya yang juga besar. Mereka berciuman hampir selama 15 menit hanya diselingi beberapa detik berhenti untuk mengambil napas.

Akhirnya Bu Yenny melepas wajah Ratna, segaris air liur masih menghubungkan kedua bibir mereka hingga akhirnya terputus dan menetes ke dagu Ratna saat wajah mereka cukup jauh. Mereka saling bertatapan dengan terengah-engah.

“Buka baju kamu, Sayang!” kata Bu Yenny sambil melepas blusnya sendiri. Ratna ragu, namun gairahnya mendorongnya untuk tak menolak permintaan atasannya. Bu Yenny melepas BH-nya dan melemparnya ke lantai. Duduk bertelanjang dada, ia menatap Ratna yang sedang melepas blusnya. Tangan Bu Yenny menyelusup ke balik rok mini Ratna dan meraba-raba pahanya yang putih mulus itu.”Hhh.. Buuhh..” erang Ratna saat tangan Bu Yenny mencapai selangkangannya yang kini telah dibanjiri lendir gairah itu. Bu Yenny menyelipkan jarinya ke balik celana dalam Ratna lalu meraba-raba bibir kemaluan Ratna. “Ahh! Gaahh!” Ratna terpekik saat merasakan sekujur tubuhnya tersetrum rangsangan hebat. “Tangan wanita lain lebih nikmat daripada tangan kamu sendiri ‘kan?” kata Bu Yenny sambil tersenyum, “Buka BH kamu, Sayang,” tambahnya melihat bola mata Ratna telah terputar ke belakang akibat kenikmatan sentuhannya, karena ia sendiri menjadi semakin terangsang melihat pemandangan di depannya itu, dan ingin segera menikmati puting payudara sekretarisnya yang cantik ini.

Sambil melepas kait BH yang terletak di depan itu, Ratna mulai menggerak-gerakkan pantatnya berputar dan maju-mundur, mengikuti gerakan jari Bu Yenny. Payudaranya seakan terlontar keluar saat akhirnya kait BH-nya lepas. Tanpa menanti ajakan, Bu Yenny langsung menancapkan puting kiri Ratna ke dalam mulutnya dan menghisapnya dengan bernafsu, sambil mulai memasukkan satu jari ke dalam lubang kemaluan Ratna. Ratna tampak semakin melayang dalam dunianya sendiri, apalagi saat Bu Yenny menggigit putingnya yang telah mengeras dan membengkak itu di sela-sela jilatan dan hisapannya, sambil meraba klitoris Ratna dengan jempolnya, sementara jari tengahnya masih menggeseki kemaluan Ratna dengan bernafsu. Ratna tak pernah merasakan kenikmatan seksual sehebat ini sepanjang hidupnya.

Related Posts:

0 Response to "Bos Sexy Ku Yang Lesbian"

Posting Komentar