Dari Sahabat Menjadi Teman Lesbian

Streaming

Streaming

Streaming

Streaming

Streaming

Streaming

Cerita Nafsu Birahi - Nama saya Tika, usia 25 tahun dengan tinggi 168 cm, berat 53 kg, asli orang Bandung, kulit putih bersih. Ukuran payudara saya yang 34C termasuk lumayan besar untuk gadis seusia saya. Pekerjaan saya adalah sebagai manager operasional di sebuah perusahaan terkenal di daerah saya. Saya ingin mengeluarkan gelisah hati yang saya pendam selama ini, mudah-mudahan saya bisa berbagi dengan pembaca sekalian.

Saya di kantor mempunyai teman yang namanya Jenny, sering saya panggil Ana. Orangya supel, dan mudah bergaul, tingginya 172 cm/53 kg, dengan kulit putih mulus, maklum orang Menado asli, 34B ukuran payudaranya. Saya mempunyai kelainan ini sejak masih gadis pada saat tinggal bersama kakak saya, Mbak Erni namanya.



Kapan-kapan saya ceritakan sejarah lesbian saya, tapi saya juga suka cowok lho sama seperti gadis-gadis lain. Hanya saja hampir 70% saya menyenangi cewek, saya tidak mengerti mengapa saya begini, mungkin suatu saat saya bisa sembuh total ya?! Saya sering jalan bersama Ana kalau ada undangan karena saya belum ada pasangan, banyak sih cowok yang naksir, cuma saya masih enggan saja untuk berpacaran. Saya ingat betul awalnya yaitu pada bulan Agustus 2004, sehabis pulang kantor.
“Ka, sini sebentar” panggil Ana pada saya sambil mendekatkan Mercynya.
“Ada apa Na?” tanya saya heran pada Ana.
“Boleh nggak minta tolong?”
“Tolong apa?”
“Itu lho, rumah saya khan sedang direnovasi..”
“Terus?”
“Mmh, boleh numpang nginep nggak di rumahmu?” tanya Ana ragu-ragu.
“Alaa, gitu saja nanya, boleh dong, sekarang?”
“Iya, boleh khan?” tanya Ana sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri.
“Udah, nggak usah banyak omong, ayo jalan” perintah saya sambil tersenyum.
“Okey, trim’s ya”
Maka setelah Ana mengambil baju sekedarnya, kami berdua meluncur ke rumah saya yang memang agak jauh dari kantor. Rumah saya mempunyai empat kamar, satu kamar untuk tamu dan kamar saya di tengah, saya tinggal sendiri karena orang tua saya tinggal di Surabaya.

“Na, ini kamarmu ya” kata saya sambil menunjukkan sebuah kamar padanya di ujung depan.
“Trim’s ya” jawabnya sambil masuk melihat-lihat kamar.
“Kutinggal dulu”
“Ya..” jawabnya sambil lalu.

Saya kemudian menuju kamar untuk mandi dan berganti baju, soalnya gerah sejak tadi. Sedang asyik-asyiknya saya memilih BH, tiba-tiba Ana masuk ke kamar.
“Eh.. Maaf ka, lagi pake baju ya?” katanya kaget melihatku masih memakai celana dalam berwarna merah dan belum mengenakan BH sama sekali.
“Oh Ana, masuk Na, nggak apa-apa kok” jawab saya sambil tersenyum melihatnya yang masih memandangi payudara saya yang termasuk besar dan montok.
“Wah, badanmu seksi juga ya?” ujarnya.
“Tentu saja, habis saya rajin senam sich”
“Oh ya, ada film bagus nich, nonton yuk” ajak Ana sambil menggandeng saya untuk menonton TV di ruang tengah.
“Bentar Na, kuganti baju dulu ya” jawabku sambil memakai BH dan kaos longgar serta celana pendek.
“Kutunggu ya..”
“Ya”. Kemudian Jenny sudah duduk di depan TV sambil makan camilan, sedang saya masih sibuk membereskan baju yang berserakan.

Malam itu Ana mengenakan daster kuning hingga kelihatan kulit lengannya yang putih mulus, kadang-kadang karena duduk kami yang mepet, Ana dengan tak sengaja menyenggol payudara saya hingga perasaan saya jadi bertambah aneh. Mungkin karena acara TV yang membosankan, saya jadi tak tertarik lagi, saya lebih tertarik memperhatikan Ana saja. Ternyata Ana yang memakai daster itu, sudah tidak memakai BH lagi hingga tonjolan payudaranya kelihatan mencuat ke atas, mungkin karena kami sama-sama perempuan, jadi Ana tidak malu-malu lagi, bahkan kadang-kadang kakinya dinaikkan ke meja hingga bawahan dasternya jadi tersingkap dan memperlihatkan celana dalamnya yang berwarna putih.

Perasaan saya jadi lain hingga saya memutuskan untuk ke kamar dan berganti baju dengan daster tanpa memakai BH dan celana dalam juga, supaya bertambah nyaman kalau berdekatan dengan Jenny. Sungguh Jenny itu gadis yang cantik seperti artis mandarin. Saya kembali ke ruang tamu dan membawa kaset DVD untuk saya tonton bersama Ana, siapa tahu saja Jenny tertarik dengan filmnya dan ingin mmh..
“Na, ganti ama DVD ya?”
“Film apaan tuch?”
“Ini, film romantis dari Jepang, pengin liat nggak?”
“Ya, bolehlah, abis acaranya nggak ada yang menarik sich”
“Okey, duduk dekat sini” pinta saya pada Ana untuk duduk di sofa agar nyaman menonton film itu.

Sebetulnya sich, itu film triple X dari jepang mengenai seorang gadis yang mencintai guru wanitanya lalu mereka bersetubuh dan bercinta dengan gaya yang romantis dengan berbagai macam gaya. Volume TV dan AC saya perbesar hingga Ana mendekat dan mepet dengan saya. Untung rumah sudah sepi karena pembantu sudah pulang semua dan lagi rumah saya besar, jadi volume suara TV yang besar itu tidak kedengaran lagi dari luar.
“Film BF ya?” tanya Ana tanpa menoleh pada saya.
“Tapi bagus lho, untuk pelajaran sex”
“Bagus, sich bagus, tapi saya jadi pengin nich” gumam Ana tak jelas karena napasnya yang makin berat dan diselingi suara orang bercinta dari TV yang makin kencang.
“Gimana kalau kupegang payudaramu” usulku.
“Hush, ngaco kamu Tika, kita ini sama-sama cewek tau” jawabnya sambil monyong, namun itu justru menambah gairah saya semakin tinggi.

“Daripada kamu megang sendiri, hayoo” jawab saya tak mau kalah sambil meraba payudaranya.
“Jangan, Tika.. Jangan..” teriaknya keras karena kaget payudaranya saya pegang. Namun teriakannya tak membuat saya jera, bahkan telinganya yang sensitif saya cium dengan lembut.
“Kurang ajar kamu, sst..” tolaknya lemah dengan mendesis.
“Mmh..”

Pergumulan saya dengan Ana berlangsung seru, hingga beberapa menit Jenny masih memberontak, tetapi karena gairahnya sudah naik dan ditambah lagi dengan ciuman dan remasan saya pada daerah sensitifnya, akhirnya Ana menyerah juga. Bahkan dengan sigap membalas mencium bibir saya dengan ganas sambil meraba vagina saya yang sudah mulai basah sejak tadi.
“Sst.. Mmh.. Tunggu..” potong saya menghentikan ciuman dan serangannya Ana.
“Hahh, ada apa Ka?”
“Buka dastermu..” pinta saya untuknya agar membuka daster, sementara saya juga telah membuka dasterku sendiri hingga bugil.
“Wah, susumu besar juga ya?” kata Jenny kagum melihat payudara saya yang sudah tegak, sambil juga melepaskan dasternya, bahkan celana dalamnya pun ikut dilepaskan juga hingga kami menjadi sama-sama bugil.
Dan kami pun kembali saling berciuman di sofa tanpa mempedulikan film jepang itu. Saya mengambil inisiatif untuk memulai mencium payudaranya.
“Sst.. Sst..”
“Mmh.. gantian..” rintih Ana karena tidak dapat menahan ciuman dan jilatan lidah saya pada payudaranya.

Maka saya pun berganti posisi dengan Ana yang menjilat payudara saya dengan semangat hingga vagina saya juga ikut dibelai, bahkan jari-jarinya yang lentik keluar masuk ke dalam lubang vagina saya dengan cepat hingga saya mengalami orgasme yang pertama.

“Mmh.. Enak.. Na, cepetan.. Sst..” rintih saya karena tak tahan lagi dengan permainan Ana yang begitu hebat, bahkan Ana sekarang menjilat vagina saya dengan liar hingga beberapa menit, saya semakin mendorong vagina saya ke arah mulutnya yang sedang menghisap bagian dalam.
“Sstss.. pinggirnya.. ssts.. Ya.. yang i.. tu..” rintih saya terpatah-patah.
Tiba-tiba Jenny menghentikan permainannya..
“Ada apa Na?”
“Kita coba yang seperti di film, mau khan?” usulnya.
“Boleh saja..” jawab saya senang karena memang senang dengan gaya enam sembilan.

Gaya enam sembilan itu maksudnya saya yang berada di posisi atas menghadap Jenny yang berada di posisi bawah dengan saling menjilat vagina masing-masing, bahkan saking enaknya hingga kepala saya terjepit oleh Jenny yang rupanya juga telah mengalami orgasme yang pertama. Kami melakukan pergumulan itu di sofa hingga dua jam dan rupanya Jenny pun puas atas permainan itu.
“Hahh, lega rasanya..”
“Gimana, enak nggak?”
“Enak juga ya”
“Mau lagi nggak?”
“Mau dong kalau caranya gitu” jawab Ana manja sambil mencium bibir saya gemas.
Malam itu saya dan Jenny menghabiskan permainan yang seru itu di kamar, bahkan Ana tak henti-hentinya meremas payudara saya dengan gemas, kadang-kadang saya puaskan Jenny dengan alat kelamin pria plastik, tentu saja alatnya yang bisa bergetar hingga itu menambah nikmat percintaan saya dengan Ana. Beberapa ronde kami lalui hingga pagi, juga di kamar mandi.

Keesokannya, seperti biasa saya sudah bersiap ke kantor dengan Jenny.
“Ayo Na, udah siap belum?”
“Udah boss, ayo” gandeng Ana mesra sambil mencium bibir saya lembut.
“Hush, nanti dilihat orang lho”
“Iya ya..”

Maka sejak itu, saya dan Jenny sering bercinta di rumahnya atau rumah saya, bahkan pernah beberapa kali kami bercinta di dalam mobil. Pada saat hari libur, Jenny mengajak saya dan beberapa temannya ikut berdarmawisata ke pulau Bali dan Lombok. Salah satu di antaranya bernama Siska yang orang Malang.
“Tika, kamu ikut tour besok nggak?” tanya Jenny.
“Tentu dong, yang ke Bali dan Lombok khan?” jawabku.
“Iya dong, eh.. kenalin nich, teman saya” ujar Jenny memperkenalkan temannya.
“Siska” katanya memperkenalkan diri.
“Tika Sari” jawab saya sambil menjabat tangannya yang kuning langsat itu.
“Ayo Na, sampai besok ya” jawab Jenny menggandeng Siska.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, saya dengan beberapa teman kantor jadi berwisata ke pulau Bali dan Lombok, juga ada Siska dan Jenny. Dari obrolan kami, saya ketahui bahwa Siska itu umurnya baru 23 tahun, 172 cm/53 cm, dengan payudara 34C, orangnya cukup ramah dan sopan. Jenny pernah bercerita pada saya bahwa Siska adalah seorang lesbian sejati, sudah pernah beberapa kali pacaran, namun kandas di jalan hingga hatinya hancur lebur.
“Ana, sini bentar Na” panggil saya pada Ana.
“Ada apa Tik”
“Tukeran duduk ya, Siska di sini dan tas ini di tempatmu, gimana?” usulku.
“Enak saja, kapan lagi kesempatan gini datang”
“Please dong, khan kamu udah lama kenal ama Siska”
“Iya dech, cuman aku boleh liat dong di sebelah..” canda Ana sambil mencolek payudara saya dengan gemas.

Akhirnya dalam bis itu, saya yang mulanya duduk di belakang dengan tas besar entah siapa yang punya, dapat kesempatan duduk dengan Siska yang cantik. Jenny tak ketinggalan duduk di sebelah dengan tas besar yang sudah saya pindahkan. Siska dalam perjalanan itu memakai rok jins hitam dengan kaos merah mudanya, sungguh serasi dengan bentuk tubuhnya yang proporsional.
Rupanya Siska atau yang biasa saya panggil dengan Siska senang curhat dengan saya, bahkan beberapa kali matanya mengarah pada payudara dan bawah rok jins biru saya yang agak naik ke atas, mungkin celana dalam saya yang berwarna putih polos kelihatan, tapi saya cuek saja. Bahkan saya sengaja beberapa kali menyingkap rok saya hingga paha saya yang putih kelihatan dengan jelas hingga Siska salah tingkah memperhatikan rok saya.

Malam itu kami sudah melewati kota Probolinggo, saya lihat teman-teman sudah pada tidur karena kelelahan, sementara Jenny memperhatikan saya sambil mengedipkan matanya beberapa kali. Di bis wisata itu yang duduk di belakang cuma saya, Jenny, seorang teman lain dan beberapa barang bawaan yang menumpuk, sementara yang lain duduk di depan, tentu saja ada yang berpasangan.
Sementara itu Siska rupanya sudah tertidur pulas dengan kepalanya bersandar pada bahu kanan saya hingga perasaan saya jadi tak enak karena napasnya yang harum dan lembut tercium oleh saya, di samping itu posisi duduknya yang sungguh membuat dada saya berdebar-debar karena kakinya menopang pada paha saya. Dengan perlahan saya menyelimutinya hingga kami berdua tertutup oleh selimut hingga cuma tinggal kepala saja yang kelihatan. Tangan kanan Siska saya pegang dan saya di tempatkan payudara saya. tiba-tiba Siska membuka matanya dan menatap saya tajam.

“Eh.. Eh.. Sis.. Belum tidur ya?” tanya saya tergagap-gagap karena kaget melihatnya bangun tiba-tiba.
“Iya Mbak, belum ngantuk nich” jawabnya tersenyum ramah dan tidak melepaskan tangannya dari payudara saya, padahal saya sudah horny.
“Jangan panggil Mbak dong, panggil Tika saja ya”
“Iya dech, Tika udah punya pacar belum?” tanyanya.
“Belum, emangnya kenapa?”
“Masak, cewek secantik kamu belum punya pacar!”
“Emang belum, kamu sendiri?”
“Udah pernah sich, cuma sering putus, lebih suka sahabatan ama cewek”
“Oh gitu ya..”
“Ka, boleh nggak Siska peluk?” pintanya.
“Boleh saja, terserah Siska dech” gumam saya pelan karena Siska dengan pelan meremas payudara saya dengan gemas, bahkan sudah masuk dalam BH saya dan meremasnya dengan lembut.
“Sstss.. Sis..” desisku.
“Gimana Ka?” tanya Siska yang berusaha membuka BH saya.
“Enak Sis.. Sstss.. Saya boleh..” belum sempat Siska menjawab, tangan saya sudah masuk ke dalam roknya dan membelai vaginanya yang masih memakai celana dalam.
“Sst.. Ka.. Ayo dong..” ajak Siska menuntun tangan saya untuk masuk lebih dalam dan menyentuh vaginanya.

Akhirnya saya dan Siska saling meremas payudara dan menyentuh vagina hingga Siska duluan orgasme karena tak tahan dengan jari-jari saya yang keluar masuk vaginanya dengan cepat. Jenny yang dari tadi memperhatikan saya, juga ikut-ikutan merogoh payudaranya sendiri. Belum sempat saya orgasme, bis itu sampai Denpasar, dan kami memesan kamar masing-masing untuk esok paginya kami lanjutkan dengan pesiar keliling pulau Bali.
“Gimana nich Sis, saya khan belum..”
“Tenang saja Ka, gimana kalau kita tidur berdua?” jawab Siska santai karena tahu bahwa saya belum puas.
“Iya dech”
“Saya boleh ikut nggak, boleh ya..” rengek Jenny tiba-tiba mendekati kami.
“Boleh saja, gimana Sis, Ana boleh ikut nggak!?” tanya saya pada Siska .
“Okey, pasti tambah asyik ya” jawabnya sambil mengedipkan mata pada saya.
Jadilah saya memesan kamar bertiga dan setelah kami diberi pengarahan dari pemandu wisata agar bangun jam 08.00, maka saya langsung masuk kamar. Setibanya di kamar dan menaruh tas, saya peluk Siska dan menghimpitnya ke tembok hingga payudara saya yang montok menempel ketat pada payudaranya.
“Udah nggak sabar nich yee..” goda Ana sambil memeluk saya juga dari belakang dan langsung mencium leher saya dengan ganas.
“Sis.. Kamu..”
“Udah ka, ayo kita terusin yang tadi” jawab Siska sambil melumat bibir saya dengan ganas.
“Mmh..”

Siska yang mencium saya dengan ganas itu juga tak kalah gesitnya mencoba kembali membuka BH saya yang akhirnya terlepas juga ke bawah, tangannya dengan terampil kembali meremas-remas payudara saya, di samping itu Ana berusaha melepas rok jins dan celana dalam saya hingga saya yang pertama-tama bugil duluan. Entah siapa yang memulai duluan, tahu-tahu saya sudah berada di tempat tidur dengan payudara saya yang dijilati Siska dengan lincah, bahkan Ana pun juga sudah bugil dan sekarang sedang menjilati vagina saya dengan lahap.
“Sst.. Uuh.. Mmh..” rintih saya keras karena tak tahan diperlakukan oleh dua orang wanita cantik yang menjilati bagian sensitif saya.
Beberapa menit kemudian saya pun tak tahan dan mengalami orgasme yang pertama. Siska juga minta ganti posisi di bawah untuk kami kerjai yang saya bagi tugas dengan Ana, saya bagian menjilat vaginanya dan Ana bagian payudara dan bibirnya. Beberapa menit permainan itu kami lanjutkan dengan cara saling berganti posisi.
“Ka.. Sstss.. Geli.. Ahh.. Ssts”
“Ssts.. Mmh.. Jilat yang itu.. Ya..” rintih Siska yang sedang berjongkok karena vaginanya dijilat oleh Ana.
“Sstss.. Go.. Yang.. Na.. Sstss..” desis saya meminta Ana yang vaginanya sedang saya gesek-gesekkan dengan vagina saya untuk menggoyang pinggulnya lebih keras.

Permainan demi permainan kami lewati hingga akhirnya saya meminta Siska memasang penis plastik yang bisa bergetar itu pada vaginanya. Bentuknya seperti celana dalam yang di tengahnya ada penis plastik.
“Sstss.. Pelan.. Sis.. Argh..” jerit saya karena Siska memasukkan penis buatan itu terlalu cepat pada vagina saya.
“Mmh.. Gimana Ka, enak..?”
“Ssts.. Ya, ayo..” perintah saya setelah Siska memasukkan penis plastik itu dan mendorongnya keluar masuk hingga saya merasa nikmat dan menjepit penis plastik itu dengan keras hingga dinding vagina saya berdenyut-denyut.
“Sstt.. Ayo.. Sis.. Lebih cepat lagi..” pintaku.
“Sstss.. Mmh.. Sstss.. Argkk..” jerit saya melengking karena cepatnya Siska memasukkan penis plastik itu hingga saya orgasme berulang-ulang yang ditambah lagi rangsangan pada payudara saya yang dijilat dan dikulum oleh Jenny sambil tangannya tak henti-hentinya juga meremas payudara Siska . Vagina saya mengeluarkan lendir berwarna putih, sungguh banyak sekali.
“Lega rasanya, nikmat juga pake penis buatan..”
“Enak nggak rasanya Ka?” tanya Jenny pada saya dengan mimik heran.
“Lho, kamu belum pernah toh An?” tanyaku.
“Belum tuch, biasanya sich cuma ama cewek saja”
“Nikmat kok rasanya, saya sering pake kalau lagi nggak ada pasangan” jawab Siska sambil membersihkan penis plastik itu untuk kami gunakan lagi.
“Gimana An, kamu coba dech, sini biar kucobain buat kamu..” bujukku pada Jenny yang kelihatan masih ingin mencoba penis buatan ini selain gaya enam sembilan favorit Jenny dan saya.
Malam itu kami bertiga menguras habis energi untuk bercinta hingga ke kamar mandi, bahkan dengan senangnya saya bisa memandikan Siska yang paling muda di antara kami bertiga.
“Pelan-pelan ya masukinnya” pinta Jenny cemas.
“Tenang saja, nggak sakit kok” kata saya meyakinkan Jenny yang melihat saya sudah memasang kan celana dalam berpenis itu di kemaluan saya.

Permukaan penis plastik itu ada bintik-bintiknya yang tidak beraturan dan saya juga tidak begitu mengerti apa manfaatnya, mungkin saja untuk menambah rasa nikmat jika bersentuhan dengan dinding vagina.
“Sst.. Mmh.. Sstss.. Aduh..” jerit Ana pelan karena penis itu terpeleset keluar bibir vaginanya.
Akhirnya seluruh penis plastik itu masuk ke dalam vagina Ana yang masih sempit itu, mungkin Jenny masih perawan karena beberapa saat kemudian sedikit keluar darah. Memang selama saya bersahabat dengan Jenny, Ana jarang bergaul dengan teman pria, kebanyakan teman wanita seperti saya dan yang lainnya. Sedangkan Siska pergaulannya luas termasuk dengan pria hingga vagina Siska sudah agak melebar dibandingkan dengan vagina saya dan Jenny.
“Na, kamu masih perawan ya?” tanya saya serius pada Jenny.
“Eh.. Iya.. Berarti kamu yang pertama melakukannya, Sayang” jawabnya mesra sambil mencium saya dengan lembut.
“Mmh..”
Saya berusaha maju mundur mengikuti aksi seperti yang di film BF, para pria memajumundurkan penisnya ke dalam vagina si wanita. Sambil memasukkan penis buatan, saya meremas-remas payudara Ana.
“Sstss.. Ter.. Us.. Sstss..”
“Sst.. Sis.. Ayo..” ajak Ana sambil mengajak Siska untuk berciuman dengan saya.
“Sstss.. Sstss.. Mmh..”

Sambil berciuman denganSiska, saya memasukkan penis plastik itu keluar masuk dengan irama yang teratur hingga pantat Jenny bergoyang pelan. Rupanya Ana menikmati permainan penis plastik itu hingga meminta saya agar cepat menaikkan tempo keluar masuknya penis plastik itu dalam vaginanya.

“Ayo Sis, isap puting saya”
“Iya, Ka..”
“Sstss.. Mmh..” rintih saya agak keras karena Siska bukan saja mengisap puting saya, bahkan menggigit puting saya dengan gemas hingga saya merasa nikmat dan mendorong penis plastik itu semakin cepat saja.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Bagi.. An.. Sstss.. Itu..” desis Ana mengarahkan saya untuk menyodokkan penis itu pada bagian lubang vaginanya.

Permainan dengan Ana membutuhkan waktu yang lama karena ia menahan irama birahinya hingga pinggul saya pegal-pegal, kemudian setelah saya lelah, saya menyuruh Siska untuk ganti menindih Jenny dengan penis plastik itu.
“Sis, gantian ya, saya capek nich”
“Ya, ayo sini” jawab Siska sambil memasang penis itu dan langsung memasukkannya dalam vagina Jenny dan mereka pun bermain dengan bernafsu hingga Siska melahap bibir Ana dengan ganas.
Saya pun menyelipkan tangan di antara payudara mereka dan meremas-remasnya supaya Ana cepat orgasme. Dan akhirnya Jenny melepaskan ciuman Siska dan memintanya agar lebih cepat.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Ayo..Sis.. Cepetan..”
“Saya.. Sstss.. Mau.. Keluar.. Sstss..” rintih Jenny hingga Siska semakin mendorong dengan cepat penis plastik itu hingga Ana bergerak-gerak liar dan menjepit Siska dengan kuat.
“Sstss.. Arghh..” jerit Jenny melengking karena cairan putihnya akhirnya keluar juga untuk terakhir kalinya.

Pada jam empat pagi baru kami tidur bersama, tentu saja dengan keadaan bugil dan kepuasan yang tiada tara. Dan kembali tour kami lanjutkan untuk wisata ke pantai Sanur dan pantai Kuta.
Terima kasih pada Bapak Hartono atas tournya, juga sahabatku Siska dan Jenny atas pengalamannya bersama saya.

Related Posts:

0 Response to "Dari Sahabat Menjadi Teman Lesbian"

Posting Komentar